Jumat, 23 Mei 2014

Kebudayaan Pop Korea: Pengikis Budaya Bangsa Indonesia?



 

  Kebudayaan adalah hasil karya pemikiran manusia yang dilakukan dengan sadar dalam kehidupan kelompok. Unsur-unsur potensi budaya yang ada pada manusia antara lain pikiran (cipta), rasa, dan kehendak (karsa). Untuk menjadi manusia sempurna, ketiga unsur kebudayaan tersebut tidak dapat dipisahkan. Dalam hubungan ini Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa “Kebudayaan adalah buah budi manusia dalam hidup bermasyarakat”.
          Indonesia adalah bangsa yang besar, bangsa yang memiliki ragam kebudayaan yang cukup variatif dibandingkan dengan bangsa lainnya. Namun, seiring dengan berjalannya waktu dan juga dengan pesatnya perkembangan kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia, membuat manusia Indonesia terlena dengan kedatangan kebudayaan asing yang menurut pandangan mereka adalah sebuah kebudayaan yang berkelas dan patut untuk mengikuti setiap trend yang ada. Globalisasi merupakan salah satu faktor terkuat mengapa kebudayaan asing bisa dengan mudah masuk ke Indonesia dan diterima oleh masyarakat Indonesia, dapat kita lihat contoh nyata dari masuknya kebudayaan barat ke Indonesia yang memunculkan banyak tren-tren baru seperti; tren berpakaian, musik, lifestyle dan lainnya.
          Tidak hanya kebudayaan dari barat yang dapat masuk dengan mudahnya ke Indonesia, kebudayaan dari Asia pun tak kalah untuk ikut mewabah di negeri kita ini, seperti kebudayan dari Jepang, Cina dan juga tentunya kebudayaan dari Korea. Belakangan ini, kebudayaan Korea diperkenalkan ke seluruh dunia, bahkan patut diperhitungkan untuk dapat menjadi pesaing kuat bagi Hollywood dan Bollywood pada abad ke-21. Dalam praktiknya pun warga dunia dapat menerima kebudayaan pop Korea ini, bahkan mereka bisa mencapai tahap mencintai dan mengetahui lebih jauh mengenai apa, siapa, dan bagaimana masyarakat dan negara Korea itu sendiri.
          Berbicara tentang budaya tentunya tak jauh terhadap generasi penerus bangsa yang ada di dalamnya yakni generasi muda Indonesia. Fenomena Korean Wave (Hallyu) di Indonesia bukan-lah hal yang sederhana yang hanya menjadi buah bibir semata. Kebudayaan Korea yang masuk ke Indonesia di abad ke-21 ini telah membawa beragam dampak yang cukup signifikan terhadap kebiasaan generasi muda kita. Korea mengemas kebudayaan mereka ke dalam teknik pemasaran Asian Values-Hollywood Style. Artinya, mereka mengemas nilai-nilai Asia yang dipasarkan dengan gaya modern. Hal inilah yang membuat tidak sedikit generasi muda Indonesia dapat menerima kebudayaan Korea tersebut, sebagai buktinya adalah mereka dapat menerima produk drama, musik, film, fashion, bahkan hingga produk industri-industri yang mulai mereka ikuti tren-nya.
          Permasalahan yang ada sekarang adalah, apakah generasi muda yang menyukai budaya Korea itu juga memiliki rasa suka atau bahkan cinta terhadap budaya bangsanya sendiri, yakni budaya bangsa Indonesia sebesar rasa cinta yang mereka miliki terhadap budaya Korea? Dan apakah Korean Wave dapat dikatakan sebagai salah satu pemicu bagi generasi muda sehingga menjadi apatis terhadap budaya bangsanya sendiri?
          Di Indonesia, dominasi kebudayaan Korea masuk melalui peran internet, walaupun memang peran media pun tidak bisa lepas dalam proses mewabahnya kebudayaan Korea di negeri kita. Seperti misalnya peran televisi, radio, dan majalah yang juga menyajikan berbagai topik mengenai kebudayaan Korea yang terkesan trendy dan dapat diikuti oleh generasi muda kita. Berawal dari banyaknya drama Korea yang di tampilkan oleh beberapa channel televisi Indonesia. Namun, hal ini masih kalah signifikan oleh peran internet dalam penyebaran kebudayaan Korea secara bebas, terbuka dan dapat mencakup ranah usia dari dewasa bahkan sampai ke anak-anak.
          Dampak yang paling terlihat dari drama Korea ini terhadap generasi muda Indonesia  salah satunya adalah pada fashion mereka, terhadap tata cara berpakaian mereka sehari-hari yang secara tidak sadar telah mereka aplikasikan dengan berkiblat kepada aktor atau aktris Korea idola mereka. Mereka lebih memilih untuk menggunakan syal di leher mereka ketimbang memakai baju batik asli Indonesia dalam keseharian-nya. Pernahkah terpikirkan oleh mereka bahwa iklim Indonesia dan Korea sangat berbeda, dan tentunya cara berpakaian di Korea pun terkesan kurang “pas” untuk digunakan di Indonesia yang beriklim tropis.
          Dampak yang lainnya masih mengenai drama Korea adalah alih bahasa, “Kami berbahasa satu, Bahasa Indonesia” pada dasarnya fenomena ini memiliki kesamaan dengan dijadikannya bahasa Inggris sebagai bahasa internasional di dunia. Namun di sini yang akan penulis paparkan adalah pada sisi ketertarikan pemuda Indonesia penyuka kebudayaan Korea yang lebih tertarik untuk mempelajari bahasa Korea dan menggunakan bahasa Korea ketimbang menggunakan bahasa Indonesia apalagi untuk mempelajari bahasa Indonesia lebih dalam. Secara tidak langsung ini akan mengikis kemampuan banyak pemuda Indonesia yang sudah terlanjur gemar terhadap kebudayaan Korea dibandingkan untuk memelajari bahasa daerah yang banyak ragamnya di Indonesia ini.
          Tidak hanya drama Korea saja yang mendapatkan perhatian khusus yang tidak sedikit dari generasi muda Indonesia, fenomena girlband dan boyband dari Korea juga menjadi hal baru yang menarik perhatian generasi muda kita. Seperti yang kita ketahui pada umumnya bahwa girlband/boyband dari Korea ini sangat khas dengan koreografi yang total, kompak dan sangat energik dengan musik yang mengiringinya. Ditambah lagi dengan aktor dan aktris yang multi-talenta baik dalam bidang tarik suara maupun dalam bidang menari.
          Dari hal tersebut di atas, sangat jelas bahwa sifat pemuda Indonesia yang masih terbilang labil akan dengan cepat mengimitasi tarian (koreografi) dari setiap girlband/boyband Korea dengan sangat sempurna. Sebagai contoh yaitu gerakan Gangnam Style yang berhasil ditiru oleh hampir kebanyakan anak kecil di Indonesia. Lalu contoh lainnya yaitu koreografi Super Junior yang digandrungi oleh kebanyakan generasi muda yang menyukai tren modern dance dari Korea. Hal ini menyingkirkan jenis tarian tradisional Indonesia yang kalah pamor dengan pesona modern dance dari Korea ini. Generasi muda Indonesia yang menjadi pengagum setia Korean Modern Dance akan lebih tertarik dan lebih handal dalam mempraktikan semua gerakan atau detail dalam koreografi Korean Modern Dance dari pada memelajari tari tradisional semacam Jaipong atau Yapong misalnya.
          Penerimaan kebudayaan korea di Indonesia ini, membentuk suatu kelompok budaya yang baru yaitu kelompok penggemar, melalui kelompok penggemar ini penyebaran budaya pop Korea semakin mewabah di Indonesia, kelompok penggemar menumbuhkan fanatisme pada setiap penggemar yang sudah tergabung dalam kelompok tersebut. Fanatisme inilah yang menjadi cikal bakal besarnya ketertarikan generasi muda penerus bangsa terutama remaja putri untuk lebih mengetahui seluk beluk kebudayaan Korea secara lebih detail.
 





 
          Kebudayaan Korea dapat dikatakan telah mendapatkan tempat di hati generasi muda Indonesia, Korean Wave pun dapat dinikmati gelombangnya oleh kebanyakan generasi muda Indonesia penyuka Korea. Fenomena ini pun sangat mungkin untuk dijadikan sebagai pemicu bagi generasi muda mulai untuk meninggalkan budaya aslinya yakni budaya bangsa Indonesia, Mengapa? Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan, 8 dari 10 generasi muda yang menyukai kebudayaan Korea menyatakan bahwa mereka lebih tertarik untuk mengetahui kebudayaan Korea jauh lebih dalam serta mengikuti tren Korea secara dinamis ketimbang mempelajari kebudayaan Indonesia.
          Hal tersebut di atas sangat mungkin terjadi karena beberapa faktor, diantaranya, kurangnya peran pemerintah dalam melakukan kegiatan promosi kebudayaan bangsa kita terutama terhadap generasi penerus bangsa. Kurang ditanamkannya sifat nasionalisme, rasa mencintai dan memiliki terhadap bangsa sendiri sejak dini, yang berdampak kepada penerimaan segala macam bentuk kebudayaan asing yang tidak diimbangi oleh rasa cinta terhadap budaya bangsa. Dan, timbulnya rasa “gengsi” apabila tidak mengikuti tren budaya yang ada pada masa itu.
          Pengikisan kecintaan atau peminatan generasi muda terhadap budaya bangsa sebenarnya bukan sepenuhnya disebabkan oleh Korean Wave itu sendiri, yang penulis lihat disini adalah Korean Wave hanya menjadi pemicu semakin terkikisnya rasa cinta generasi muda terhadap budaya bangsa. Sedangkan, penyebab utama adalah tidak adanya filterisasi kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia baik oleh pemerintah Indonesia ataupun oleh generasi muda penerus bangsa. Karena tidak adanya filterisasi kebudayaan asing tersebut sehingga membuat generasi muda terlena untuk menerima semua jenis kebudayaan asing tanpa mempertimbangkan kehadiran kebudayaan bangsa Indonesia terutama pada kebudayaan daerahnya.
          Alangkah lebih baik apabila masuknya kebudayaan asing ke Indonesia dibarengi oleh penguatan kebudayaan Indonesia agar terus mengakar di hati generasi muda penerus bangsa. Sebagai contoh, ketika penerimaan kebudayaan Korea semacam fenomena girlband/boyband tetap bisa diselipkan kebudayaan asli Indonesia dalam kostum panggung dan juga dalam koreografinya, dengan memasukkan batik asli Indonesia di aplikasi kostumnya dan gerakan beberapa tarian daerah dalam koreografinya, atau bisa juga memasukkan nada atau lagu khas Indonesia di beberapa bagian dari lagu. Perlu adanya partisipasi kesadaran dari berbagai pihak, baik dari bihak penyaji (entertainer) dari Indonesia, komunitas penggemar kebudayaan (tren) Korea, dan juga tentunya penggemarnya itu sendiri.
          Hal yang terpenting atas fenomena ini adalah bagaimana pentingnya peran generasi muda penerus bangsa untuk dapat bersikap dalam melakukan pemilihan terhadap segala kebudayaan asing yang telah masuk ke Indonesia, dengan tetap mengutamakan eksistensi kebudayaan Indonesia terutama kebudayaan daerah (tradisional) agar tetap mengakar jelas di hati masing-masing pemuda sebagai bagian dari identitas bangsa Indonesia. Peran pemerintah pun tak kalah pentingnya di sini, untuk gencar melakukan promosi atas kebudayaan daerah aset bangsa kepada generasi muda Indonesia agar tidak berujung kepada apatisme budaya bangsa, karena seperti kata pepatah, “tak kenal maka tak sayang” maka sangat diperlukan pengenalan akan budaya sebagai pondasi awal kecintaan terhadap bangsa Indonesia.

Keanekaragaman Suku dan Budaya di Indonesia



A. Keanekaragaman Suku Bangsa di Indonesia
Sejak zaman dahulu bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang majemuk. Hal ini tercermin dari semboyan “Bhinneka tunggal Ika” yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu. Kemajemukan yang ada terdiri atas keragaman suku bangsa, budaya, agama, ras, dan bahasa.
Adat istiadat, kesenian, kekerabatan, bahasa, dan bentuk fisik yang dimiliki oleh suku-suku bangsa yang ada di Indonesia memang berbeda, namun selain perbedaan suku-suku itu juga memiliki persamaan antara lain hukum, hak milik tanah, persekutuan, dan kehidupan sosialnya yang berasaskan kekeluargaan.
·         Persebaran Daerah Asal Suku Bangsa di Indonesia
Suku bangsa addalah golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas akan kesatuan kebudayaan. Orang-orang yang tergolong dalam satu suku bangsa tertentu, pastilah mempunyai kesadaran dan identitas diri terhadap kebudayaan suku bangsanya, misalnya dalam penggunaan bahasa daerah serta mencintai kesenian dan adat istiadat.
Suku-suku bangsa yang tersebar di Indonesia merupakan warisan sejarah bangsa, persebaran suku bangsa dipengaruhi oleh factor geografis, perdagangan laut, dan kedatangan para penjajah di Indonesia. perbedaan suku bangsa satu dengan suku bangsa yang lain di suatu daerah dapat terlihat dari ciri-ciri berikut ini.
A.   Tipe fisik, seperti warna kulit, rambut, dan lain-lain.
B.    Bahasa yang dipergunakan, misalnya Bahasa Batak, Bahasa Jawa, Bahasa Madura, dan lain-lain.
C.    Adat istiadat, misalnya pakaian adat, upacara perkawinan, dan upacara kematian.
D.   Kesenian daerah, misalnya Tari Janger, Tari Serimpi, Tari Cakalele, dan Tari Saudati.
E.    Kekerabatan, misalnya patrilineal(sistem keturunan menurut garis ayah) dan matrilineal(sistem keturunan menurut garis ibu).
F.    Batasan fisik lingkungan, misalnya Badui dalam dan Badui luar.
Jumlah suku bangsa di Indonesia ratusan jumlahnya. Di bawah ini tabel persebaran suku bangsa.
Nama Provinsi Suku
1. Nanggroe Aceh Darussalam : Aceh , Alas , Gayo , Kluet , Simelu , Singkil , Tamiang, Ulu .
2. Sumatera Utara : Karo , Nias , Simalungun , Mandailing , Dairi , Toba , Melayu , PakPak , maya-maya
3. Sumatera Barat : Minangkabau , Mentawai , Melayu , guci, jambak
4. Riau : Melayu , Siak , Rokan , Kampar , Kuantum Akit , Talang Manuk , Bonai , Sakai , Anak Dalam , Hutan , Laut .
5. Kepulauan Riau : Melayu, laut
6. Bangka Belitung : Melayu
7. Jambi : Batin , Kerinci , Penghulu , Pewdah , Melayu , Kubu , Bajau .
8. Sumatera Selatan : Palembang , Melayu , Ogan , Pasemah , Komering , Ranau Kisam , Kubu , Rawas , Rejang , Lematang , Koto, Agam
9. Bengkulu : Melayu , Rejang , Lebong , Enggano , Sekah , Serawai, Pekal, Kaur, Lembak
10. Lampung : Lampung , Melayu , Semendo , Pasemah , Rawas , Pubian, Sungkai, Sepucih
11. DKI Jakarta : Betawi
12. Banten : Banten
13. Jawa Barat : Sunda , Badui
14. Jawa Tengah : Jawa , Karimun , Samin, Kangean
15. D.I.Yogyakarta : Jawa
16. Jawa Timur : Jawa , Madura , Tengger, Asing
17. Bali : Bali , Jawa , Madura
18. NTB : Bali , Sasak , Bima , Sumbawa, Mbojo, Dompu, Tarlawi, Lombok
19. NTT : Alor , Solor , Rote , Sawu , Sumba , Flores , Belu, Bima
20. Kalimantan Barat : Melayu , Dayak(Iban Embaluh , Punan , Kayan , Kantuk , Embaloh , Bugan ,Bukat), Manyuke
21. Kalimantan Tengah : Melayu , Dayak(Medang , Basap , Tunjung , Bahau , Kenyah , Penihing , Benuaq) , Banjar , Kutai, Ngaju, Lawangan, Maayan, Murut, Kapuas
22. Kalimantan Timur : Melayu , Dayak(Bukupai , Lawangan , Dusun, Ngaju , Maayan)
23. Kalimantan Selatan : Melayu , Banjar , Dayak, Aba
24. Sulawesi Selatan : Bugis , Makasar , Toraja , Mandar
25. Sulawesi Tenggara : Muna , Buton ,Totaja , Tolaki , Kabaena , Moronehe , Kulisusu , Wolio
26. SulawesiTengah : Kaili , Tomini , Toli-Toli ,Buol , Kulawi , Balantak , Banggai ,Lore
27. Sulawesi Utara : Bolaang-Mongondow ,Minahasa , Sangir , Talaud , Siau , Bantik
28. Gorontalo : Gorontalo
29. Maluku : Ambon, Kei , Tanimbar , Seram , Saparua, Aru, Kisar
30. Maluku Utara : Ternate, Morotai, Sula, taliabu, Bacan, Galela
31. Papua Barat : Waigeo, Misool, Salawati, Bintuni, Bacanca
32. Papua Tengah : Yapen, Biak, Mamika, Numfoor
33. Papua Timur : Sentani, Asmat, Dani, Senggi
·         Sikap Menghormati Keragaman Suku Bangsa
Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan bangsa kita yang mengungkapkan persatuan dan kesatuan yang berasal dari keanekaragaman. Walaupun kita terdiri atas berbagai suku yang beranekaragam budaya daerah, namun kita tetap satu bangsa Indonesia, memiliki bahasa dan tanah air yang sama, yaitu bahasa Indonesia dan tanah air Indonesia. Begitu juga bendera kebangsaan merah putih sebagai lambang identitas bangsa dan kita bersatu padu di bawah falsafah dan dasar negara Pancasila.
Kita sebagai bangsa Indonesia harus bersatu padu agar manjadi satu kesatuan yang bulat dan utuh. Untuk dapat bersatu kita harus memiliki pedoman yang dapat menyeragamkan pandangan kita dan tingkah laku kita dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, akan terjadi persamaan langkah dan tingkah laku bangsa Indonesia. Pedoman tersebut adalah Pancasila, kita harus dapat meningkatkan rasa persaudaraan dengan berbagai suku bangsa di Indonesia.
Membiasakan bersahabat dan saling membantu dengan sesama warga yang ada di lingkungan kita, seperti gotong royong akan dapat memudahkan tercapainya persatuan dan kesatuan bangsa. Bangsa Indonesia harus merasa satu, senasib sepenanggungan, sebangsa, dan sehati dalam kekuatan wilayah nasional dengan segala isi dan kekayaannya merupakan satu kesatuan wilayah.
Dalam mengembangkan sikap menghormati terhadap keragaman suku bangsa, dapat terlihat dari sifat dan siksp dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya adalah sebagai berikut.
A.   Kehidupan bermasyarakat tercipta kerukunan seperti halnya dalam sebuah keluarga.
B.    Antara warga masyarakat terdapat semangat tolong menolong, kerjasama untuk menyelesaikan suatu masalah, dan kerjasama dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
C.    Dalam menyelesaikan urusan bersama selalu diusahakan dengan melalui musyawarah.
D.   Terdapat kesadaran dan sikap yang mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
Sikap dan keadaan seperti tersebut di atas harus dijunjung tinggi serta dilestarikan. Untuk lebih memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, kita dapat melaksanakan pertukaran kesenian daerah dari seluruh pelosok tanah air. Dengan adanya kegiatan pertukaran kesenian daerah tersebut dan memberikan manfaat bagi bangsa Indonesia, antara lain:
A.   Dapat saling pengertiaan antarsuku bangsa.
B.    Dapat lebih mudah mencapai persatuan dan kesatuan.
C.    Dapat mengurangi prasangka antar suku.
D.   Dapat menimbulkan rasa kecintaan terhadap tanah air dan bangsa
B. Keanekaragaman Budaya di Indonesia
Masyarakat Indonesia terdiri atas bermacam-macam suku bangsa. Di Indonesia terdapat kurang lebih 300 suku bangsa. Setiap suku bangsa hidup dalam kelompok masyarakat yang mempunyai kebudayaan berbeda-beda satu sama lain.
Keanekaragaman Budaya yang Terdapat di Indonesia mempunyai keanekaragaman budaya. Tiap daerah atau masyarakat mempunyai corak dan budaya masing-masing yang memperlihatkan ciri khasnya. Hal ini bisa kita lihat dari berbagai bentuk kegiatan sehari-hari, misalnya upacara ritual, pakaian adat, bentuk rumah, kesenian, bahasa, dan tradisi lainnya. Contohnya adalah pemakaman daerah Toraja, mayat tidak dikubur dalam tanah tetapi diletakkan dalam goa. Di daerah Bali, mayat dibakar(ngaben).
Kebudayaan dapat diartikan sebagai hasil cita, rasa, dan karya manusia dalam suatu masyarakat dan diteruskan dari generasi ke generasi melalui belajar. Jika kita telusuri, kebudayaan itu meliputi adat kebiasaan, upacara ritual, bahasa, kesenian, alat-alat, mata pencaharian, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Dalam arti sempit kebudayaan diartikan sebagai kesenian atau adat istiadat saja.
Kebudayaan daerah adalah kebudayaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat suatu daerah. Pada umumnya, kebudayaan daerah merupakan budaya asli dan telah lama ada serta diwariskan turun-temurun kepada generasi berikutnya. Kebudayaan kia sekarang ini merupakan hasil pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan masa lampau. Keanekaragaman budaya bangsa Indonesia timbul karena akibat sebagai berikut:
A.   Kondisi Geografis Indonesia merupakan negara kesatuan yang memiliki beribu-ribu pulau yang dipisahkan oleh selat dan laut. Ini merupakan kondisi lingkungan geografis Indonesia. Lingkungan geografis semacam itu menjadi sumber adanya keanekaragaman kebudayaan Indonesia. Kondisi geografis yang demikian menimbulkan perbedaan dalam kehidupan masyarakat. Salah satunya adalah mata pencaharian penduduk. Jenis-jenis pekerjaan yang ada juga menyebabkan beranekaragamnya peralatan yang diciptakannya, misalnya bentuk rumah dan bentuk pakaian. Akhirnya sampai pada bentuk kesenian yang ada di masing-masing daerah berbeda.
B.    Kemajemukan Suku Bangsa Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa suku bangsa adalah suatu golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas akan kesatuan kebudayaan. Identitas seringkali dikuatkan kesatuan bahasa. Oleh karena itu, kesatuan kebudayaan bukan suatu hal yang ditentukan oleh orang luar, melainkan oleh warga yang bersangkutan itu sendiri. Suku-suku yang ada di Indonesia antara lain Gayo di Aceh, Dayak di Kalimantan, dan Asmat di Papua. Untuk mengetahui kebudayaan daerah Indonesia dapat dilihat dari ciri-ciri tiap budaya daerah. Ciri khas kebudayaan daerah terdiri atas bahasa, adat istiadat, sisem kekerabatan, kesenian daerah dan ciri badaniah(fisik) Sikap Menghormati Budaya di Indonesia.
Kita mengetahui bahwa Indonesia memiliki wilayah yang sangat luas dan penduduknya terpencar-pencar di berbagai pulau. Tiap penduduk tinggal di lingkungan kebudayaan daerahnya masing-masing. Ini artinya, di Indonesia terdapat banyak ragaman kebudayaan. Perbedaan tersebut antara lain dalam hal:
A.   Cara berbicara.
B.    Cara berpakaian.
C.    Mata pencaharian.
D.   Adat istiadat
Keanekaragaman budaya jangan dijadikan sebagai perbedaan, tetapi hendaknya dijadikan sebagai kekayaan bangsa Indonesia. Kita selaku bangsa Indonesia mempunyai kewajiban untuk selalu melestarikan kebudayaan yang beraneka ragam tersebut.
Di samping itu, dengan mendalami kebudayaan yang beraneka ragam tersebut, wawasan kita akan bertambah sehingga kita tidak akan menjadi bangsa yang kerdil. Kita dapat menjadi bangsa yang mau dan mampu menghargai kekayaan yang kita miliki, yang berupa keanekaragaman kebudayaan tersebut. Sikap saling menghormati budaya perlu dikembangkan agar kebudayaan kita yang terkenal tinggi nilainya itu tetap lestari, tidak terkena arus yang datang dari luar. Melestarikan kebudayaan nasional harus didasari engan rasa kesadaran yang tingi tanpa adanya paksaan dari siapapun.
Dalam rangka pembinaan kebudayaan nasional, kebudayaan daerah perlu juga kita kembangkan, karena kebudayaan daerah mempunyai kedudukan yang sangat penting. Pembinaan kebudayaan daerah dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
A.   Pertukaran kesenian daerah.
B.    Pembentukan organisasi kesenian daerah.
C.    Penyebarluasan seni budaya, antara lain melalui radio, TV, surat kabar serta majalah.
D.   Penyelenggaraan seminar mengenai seni budaya daerah.
E.    Membentuk sanggar tari daerah.
F.    Mengadakan pentas kebudayaan

Perbedaan Budaya Indonesia dan Korea



Komunikasi lintas budaya adalah suatu proses pengiriman pesan yang dilakukan oleh anggota dari suatu budaya tertenti kepada anggota lainnya dari budaya lain. Perwujudan dari sebuah budaya yaitu benda-benda yang dihasilkan oleh manusia yang berbudaya dan itu menghasilkan beragam kebudayaan, contohnya bahasa, pakaian, makanan, cara berperilaku, dan masih banyak yang lainnya. Budaya suatu negara akan berbeda dengan negara yang lain. Budaya Korea dengan Indonesia. Meskipun banyak orang yang mengatakan bahwa budaya Korea dengan Indonesia hampir memiliki kesamaan, namun tetap saja ada yang beda dari kedua budaya tersebut.
Berikut karakteristik dari budaya Korea.
1.   Agama
Tradisi Konfusianisme mendominasi kepercayaan dan pemikiran bangsa Korea, bersama Buddhisme, Taoisme dan Shamanisme.Agama Buddha menjadi agama resmi Tiga Kerajaan (57 SM-935 M) dan dinasti Goryeo (935-1392).Paham Konfusianisme mencapai masa keemasan pada zaman dinasti Joseon (1392-1910).Agama Kristen dibawa oleh misionaris Eropa menjelang akhir periode Joseon dan pada abad ke-20 meningkat pesat.Agama Islam yang baru diperkenalkan di Korea sejak perang Korea oleh tentara Turki, memiliki pengikut di Korea (2007; ±140 ribu jiwa). Walau begitu sebanyak 46,5% populasi Korea Selatan mengaku tidak mengikuti suatu kepercayaan tertentu. Di Korea Utara, kebebasan beragama mendapat tekanan.
2.   Bahasa
Bahasa resmi Korea Utara dan Selatan adalah bahasa Korea. Klasifikasi genealogis bahasa Korea masih diperdebatkan, 2 bagian kelompok ilmuwan yang berbeda pendapat menyatakan bahasa Korea termasuk bahasa rumpun Altai-Tungusik, yang lainnya adalah bahasa isolat, yakni tercipta karena meminjam penggunaan bahasa lain. Namun sebagian besar memasukkan bahasa Korea ke dalam rumpun bahasa Altai-Tungusik bersama bahasa TurkikMongol,Tungusik, dan Jepang.
Bahasa Korea memiliki morfologi yang aggluginatif dengan tata bahasa (syntax) yang serupa dengan bahasa Jepang, yakni SOV (Subject + Object + Verb).Seperti bahasa Jepang dan Vietnam, bahasa Korea banyak sekali meminjam kosakata dari bahasa Tionghoa yang tidak berkaitan.Bahasa Korea modern ditulis dengan abjad Hangeul, yang diciptakan pada abad ke-15 oleh Raja Sejong.
3.   Makanan
Masakan Korea (Han-sik) sebagian besar adalah hasil fermentasi dan sebagian besar sudah terkenal di dunia karena diakui manfaat kesehatannya sepertiKimchi dan Doenjang. Cara memasak makanan tradisional Korea memperlihatkan cara yang unik dalam pembuatan dan penyajian. Masakan Korea umumnya terdiri dari nasi, sayur-sayuran yang dibumbui, sup, rebusan, lauk pauk daging dan ikan. Jenis masakan Korea sangat bervariasi berdasarkan daerah-daerahnya.
Kimchi adalah salah satu makanan orang-orang korea, makanan ini terbilang makanan yang sederhana, dan dapat disimpan dalam waktu lama, serta dikenal berasa kuat dan pedas. Banyak sajian banchan dibuat dari proses fermentasi, menghasilkan rasa pedas, kuat dan asin. Setiap daerah memiliki rasa bumbu kimchi yang berbeda-beda
4.   Pendidikan
Sistem sekolah modern di Korea Selatan terbagi menjadi 6 tahun untuk sekolah dasar, masing-masng 3 tahun untuk SMP dan SMU.Program Penilaian Siswa Internasional (Program for International Student Assessment) yang dijalankan oleh OECD baru-baru ini menempatkan pendidikan Korea Selatan di peringkat 11 dunia. Walau siswa-siswa sekolah Korea Selatan seringkali menempati ranking tinggi pada tes komparatif internasional, sistem pendidikannya sering dikritik karena menerapkan cara pembelajaran yang pasif dan terlalu banyak menghafal. Sistem pendidikan Korea Selatan yang tergolong disiplin dan terstruktur adalah pengaruh Konfusianisme yang sudah tertanam sejak lama dalam masyarakat Korea.Siswa-siswanya jarang memiliki waktu cukup untuk bersantai karena mengalami tekanan untuk berprestasi baik dan masuk universitas ternama.Disana juga Wajib Militer selama 2 tahun.Itu wajib untuk semua anak laki-laki.
5.   Pakaian
Pakaian tradisional Korea disebut Hanbok (Korea Utara menyebut Choson-ot).Hanbok terbagi atas baju bagian atas (Jeogori), celana panjang untuk laki-laki (baji) dan rok wanita (Chima).
Orang Korea berpakaian sesuai dengan status sosial mereka sehingga pakaian merupakan hal penting.Orang-orang dengan status tinggi serta keluarga kerajaan menikmati pakaian yang mewah dan perhiasan-perhiasan yang umumnya tidak bisa dibeli golongan rakyat bawah yang hidup miskin.
Dahulu, Hanbok diklasifikasikan untuk penggunaan sehari-hari, upacara dan peristiwa-peristiwa tertentu.Hanbok untuk upacara dipakai dalam peristiwa formal seperti ulang tahun anak pertama (doljanchi), pernikahan atau upacara kematian.
Saat ini hanbok tidak lagi dipakai dalam kegiatan sehari-hari, namun pada saat-saat tertentu masih digunakan.
6.   Seni dan Budaya
Dalam teks kuno Tiongkok, negeri Korea dijuluki Sungai dan pegunungan yang disulam di atas sutera atau Negeri Timur yang Bersatu.Selama berabad-abad, Korea menjalin hubungan dengan Tiongkok dalam berbagai bidang.Korea dikenal di dunia barat melalui pedagang-pedagang Arab yang pergi ke Tiongkok lewat jalur sutera.Para pedagang Arab pada tahun 845 M (zaman Silla Bersatu) menuliskan Di dekat Tiongkok ada negeri yang berlimpah emas bernama Silla yang mempesonakan mereka.
Korea memiliki corak kebudayaan yang beragam yang berasal dari akar asli yang dibentuk dalam berbagai kesenian dan tarian. Budaya Tionghoa yang diimpor selama berabad-abad ikut berperan membentuk sistem sosial dan norma berdasarkan Konfusianisme, Buddhisme dan Taoisme. Hasilnya adalah beragamnya bentuk manifestasi dan akulturasi antara budaya asli Korea dan Tiongkok yang unik.Dari sini Korea berperan besar dalam mentransfer budaya yang maju ke Jepang.
Dalam budaya kontemporer, Korea dikenal akan tren Korean Wave yang dihasilkan menyebarnya popularitas budaya musik popfilm dan drama Korea, serta baru-baru ini tren video game dan Boyband dan Girlband Korea. Namun diplomasi secara kultural adalah diakuinya olahraga tradisional Korea, Taekwondo, ke dalam pesta olahraga internasional Olimpiade.
7.   Tarian
Tarian istana (Gungjung Muyong) yang dipentaskan di istana ditampilkan oleh para penari profesional untuk tujuan kesenangan dan memiliki karakter yang berbeda dari tarian festival istana atau tarian rakyat yang mengikutsertakan orang-orang untuk menari bersama.Berdasarkan lukisan di makam dinding Goguryeo, dipercaya tarian istana Korea telah ada sejak zaman Tiga Kerajaan.
Tarian rakyat Korea bermula dari berbagai ritual keagamaan dan upacara pemujaan kepada dewata-dewata shamanisme (gut) serta perayaan-perayaan rakyat.Tarian rakyat yang lahir dari peristiwa-peristiwa ini dibentuk dan dipelihara oleh masyarakat sebagai hal yang penting dalam kehidupan mereka.Lama-kelamaan tarian-tarian ini menyatu ke dalam berbagai aktivitas masyarakat selain kegiatan religius seperti untuk hiburan dan kesenian.
Menurut narasumber yang diwawancarai, Cha Moojin, budaya di Indonesia dan Korea tidak jauh beda. Dia mengatakan bahwa, orang Indonesia dan Korea sama ramahnya. Korea tidak memiliki banyak  budaya di setiap suku bangsanya. Budaya yang ada di Korea bersifat umum.Tidak seperti halnya budaya di Indonesia yang terdapat dari budaya beberapa suku bangsa.Dari mulai tarian, Korea membedakan tarian ke dalam dua jenis yaitu, tarian istana dan tarian rakyat Korea.Salah satu tarian yang paling dikenal adalah tarian istana, Gungjung Muyong. Gungjung Muyong adalah tarian yang diikuti oleh beberapa orang dengan cara berpegangan tangan satu sama lain membentuk sebuah lingkaran. Kemudian, Korea Selatan yang menjalankan program WAMIL karena hubungannya dengan negara tetangga Korea Utara yang sampai saat ini masih hambar hingga harus memisahkan satu negara menjadi dua negara. Pria Korea Selatan yang berumur 20-30 TAHUN diwajibkan mengikuti program wajib militer selama 2,3-2,5 tahun. Biasanya para pria akan stress ketika mendapatkan panggilan untuk wajib militer.
Beberapa golongan yang tidak diwajibkan untuk mengikuti wajib militer antara lain,
1.    Orang yang cacat
2.    Seorang ilmuan
3.    Orang yang berjasa bagi negara, seperti Ahn Jung Hwan cs yang berhasil masuk semi final pada Piala Dunia tidak wajib mengikuti wamil.
4.    Para kriminal
5.    Seorang yang mengalami cedera fisik.
6.    Jika seorang laki-laki adalah pencari nafkah utama.
7.    Sudah menikah serta tidak memiliki anak laki-laki.
8.    Seorang anak tunggal laki-laki. Hal ini untuk memastikan warisan dari keluarga atau penerus keturunan keluarga.