Provinsi Jawa Barat adalah provinsi dengan jumlah penduduk
terbanyak di Indonesia. Bandung sebagai ibu kota provinsi, merupakan kota
dengan jumlah penduduk terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan
Surabaya.
Sebagian penduduk Jawa Barat adalah Suku Sunda. Selain itu, ada campuran Sunda dengan Jawa di pantai utara Cirebon serta sebagian kecil pesisir Indramayu. Mata pencaharian penduduk Jawa Barat yang utama adalah bertani. Bertaninya pun bermacam-macam. Ada yang bertani padi, sayur-sayuran, buah-buahan, dan bunga-bungaan. Selain itu, di daerah Jawa Barat juga banyak terdapat perkebunan teh, cengkih, tebu, dan kina.
Kebudayaan masyarakat Jawa Barat terpengaruh dari 4 sumber, yaitu Hindu/Budha, Islam, Jawa, dan kebudayaan barat. Ini dapat dilihat dari upacara yang disertai membakar kemenyan (pengaruh Hindu), doa-doa menurut agama Islam, pakaian pernikahan tanpa baju dan berbentuk wayang orang (pengaruh Jawa Tengah), dan pemberian kado serta hidangan prasmanan model Belanda.
Sosial
masyarakat di jawa barat. Kumpulan artikel kebudayaan daerah jawa. Kehidupan
sosial masyarakat bandung. Pola hidup jawa barat. Rangkuman tentang jawa barat.
Kehidupan orang bandung. Kebiasaan orang bandung.
Kebiasaan
daerah jawa barat. Aktivitas penduduk indramayu. Kehidupan sosial budaya
masyarakat jawa barat. Aktivitas penduduk di pulau jawa barat bandung.
Kebiasaan orang jawa barat. Kehidupan masyarakat kota bandung. Aktivitas
penduduk di jawa barat. Kehidupan sosial masyarakat jawa barat. Mata
pencaharian provinsi jawa barat. Kehidupan masyarakat jawa. Kebiasaan
masyarakat jawa barat.
Kesejahteraan penduduk secara umum dapat dilihat dari
Indeks Pembangunan Manusia yang terdiri dari tiga komponen, yaitu derajat
pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Sebagai indikator utama, pada dasarnya IPM
adalah berfungsi sebagai indikator impact, yaitu terbentuk karena banyak aspek
pembangunan yang dilakukan. Pada tahun 2007 IPM Kota Bandung mencapai 78,09,
dibentuk oleh indeks kesehatan sebesar 80,65, indeks pendidikan sebesar 89,60,
dan indeks daya beli masyarakat sebesar 64,04. Indeks tertinggi adalah indek
pendidikan yang semakin mengukuhkan Kota Bandung sebagai salah satu kota
pendidikan di Indonesia.
Tabel 3. Perkembangan IPM
dan Komponennya di Kota Bandung Tahun 2004-2007
Kecamatan Sukasari tercatat sebagai kecamatan dengan nilai
IPM terbaik yakni 81,03. Sebaliknya Kecamatan Kiaracondong memiliki nilai IPM
terendah yakni 76,69. Walaupun demikian, berdasarkan kriteria UNDP, tingkat IPM
yang mencapai Kecamatan Kiaranconding yang sebesar 76,69, telah mencapai status
pembangunan manusia pada tingkat menengah atas. Kondisi ini menunjukkan bahwa
secara umum masyarakat Kota Bandung dapat dikatakan sudah cukup baik dalam hal
kesehatan, pendidikan dan daya belinya.
Pencapaian Pembangunan Manusia Kecamatan di Kota
Bandung
Pada tahun 2004 IPM Kota Bandung mencapai 77,17 dan
sampai dengan tahun 2007 relatif tumbuh sangat lambat. Mengikuti pola tersebut,
dapat diproyeksikan IPM sampai dengan tahun 2013. Struktur IPM Kota Bandung
bervariasi menurut aspeknya. Indeks Pendidikan adalah indeks tertinggi,
sedangkan Indeks Daya Beli adalah indeks terendah. Berdasarkan data yang ada,
Indeks Kesehatan adalah indeks yang diperkirakan dapat mengalami pertumbuhan
paling cepat. Bila pada tahun 2007 adalah sekitar 80, maka ada kemunngkinan dapat
mengalami peningkatan hingga 91, atau sedikit lebih rendah daripada indeks
pendidikan. Indeks pendidikan walaupun mengalami peningkatan, namun peningkatan
relatif lambat. Perkembangan yang mengkuatirkan adalah Indeks Daya Beli, yang
terdapat kecenderungan mengalami penurunan karena beberapa ancaman, misalnya
inflasi, kenaikan harga bahan bakar minyak dan perubahan-perubahan ekonomi
makro lain yang menyebabkan penurunan daya beli.
Lebih lanjut, sebaran tingkat kesejahteraan
masyarakat Kota Bandung dijabarkan dalam gambar berikut:
Sebaran Kesejahteraan Penduduk Kota Bandung
Dari sebaran tersebut dapat terlihat bagaimana, tingkat kesejahteraan
wilayah utara dan timur Kota Bandung relatif lebih baik daripada wilayah
selatan dan barat. Hal ini menunjukkan masih diperlukan upaya pemerataan
pembangunan Kota Bandung khususnya di daerah selatan Kota Bandung yang relatif
masih tertinggal dibandingkan wilayah lainnya di Kota Bandung.
Kehidupan
Masyarakat Pedesaan Wonogiri
Dalam sebuah masyarakat pastinya memiliki ciri khas tertentu dalam
struktur sosial yang ada di daerah masing-masing, dan disini
saya akan membahas daerah saya dari wonogiri. Ciri itu bisa berasal dari norma, lapisan masyarakatnya,
kelompok masyarakat dan lembaga sosialnya.
A. NORMA
Hubungan
antar manusia dalam suatu masyarakat agar terjalin dengan baik, maka diperlukan suatu peraturan tertulis maupun
tidak tertulis. Mula-mula aturan itu dibuat hanya terbentuk secara tidak
sengaja, namun lama kelamaan aturan itu dibuat secara sadar dan berakar di
masyarakat, aturan-aturan itu sering disebut dengan norma sosial. Masyarakat
setempat harus menyakini bahwa aturan tersebut dibuat demi kelangsungan hidup
masyarakat yang nyaman.
Di desa
Wonogiri aturan-aturan ini dibagi menjadi 3 macam yaitu norma kesopanan, norma
agama dan norma hukum.
§
Norma kesopanan
·
Di desa saya masyarakat setempat
biasanya menggunakan pakaian dengan sopan, entah itu di rumah sendiri atau
keluar rumah. Bila ada
seseorang yang menggunakan pakaian yang minim maka akan mendapat sindiran atau
kucilan dari orang lain.
·
Tata bicara ditempat saya mayoritas
menggunakan bahasa jawa. Anak yang lebih muda bila berbicara dengan orang yang
lebih tua berbicara pakai bahasa krama (bahasa jawa yang halus)
§
Norma Hukum
·
Seseorang yang minum-minuman keras
dijalan akan mendapat teguran keras oleh warga, bila teguran tersebut tidak
dihiraukan maka warga setempat akan melapor kepolisi.
§
Norma Agama
·
Bila ada seseorang dari anggota masyarakat
yang melakukan nikah sirih, maka akan menjadi buah bibir masyarakat.
·
Ketika ada pemuda yang
memasukan pasangannya ke dalam rumah saat tidak ada orang dirumah maka
mayarakat setempat akan melakukan penggerebekan.
B. LAPISAN MASYARAKAT
Setiap masyarakat senantiasa
mempunyai penghargaan tertentu terhadap hal-hal tertentu dalam masyarakat.
Penghargaan yang lebih tinggi terhadap hal tertentu, akan menempatkan pada
kedudukan yang lebih tinggi dari hal lainnya. Kedudukan itu sering kita sebut
dengan lapisan sosial. Masyarakat memandang hal-hal yang dianggap tinggi dimata
masyarakat biasanya berupa pendidikan, kekayaan, kekuasaan atau jabatan dan
keturunan silsilah keluarga.
Dalam
masyarakat wonogiri lapisan masyarakatnya terdiri dari :
1.
Orang yang memiliki kekayaan dan
memiliki kekuasaan tinggi
( Kyai, Pejabat, pemilik usaha)
2.
Orang yang berpendidikan tinggi
(Guru, Dosen dan Mahasiswa)
3.
Petani, pedagang, buruh, tukang becak dll.
PERBEDAAN MASYARAKAT
PEDESAAN DAN PERKOTAAN
Lingkungan Umum dan
Orientasi Terhadap Alam, Masyarakat perdesaan berhubungan kuat dengan alam,
karena lokasi geografisnyadi daerah desa. Penduduk yang tinggal di desa akan
banyak ditentukan oleh kepercayaan dan hukum alam. Berbeda dengan penduduk yang
tinggal di kota yang kehidupannya “bebas” dari realitas alam.
Pekerjaan atau Mata
Pencaharian, Pada umumnya mata pencaharian di dearah perdesaan adalah bertani
tapi tak sedikit juga yg bermata pencaharian berdagang, sebab beberapa daerah
pertanian tidak lepas dari kegiatan usaha. Ukuran Komunitas, Komunitas
perdesaan biasanya lebih kecil dari komunitas perkotaan.
Kepadatan Penduduk,
Penduduk desa kepadatannya lbih rendah bila dibandingkan dgn kepadatan penduduk
kota,kepadatan penduduk suatu komunitas kenaikannya berhubungan dgn klasifikasi
dari kota itu sendiri.
Homogenitas dan
Heterogenitas, Homogenitas atau persamaan ciri-ciri sosial dan psikologis,
bahasa, kepercayaan, adat-istiadat, dan perilaku nampak pada masyarakat perdesa
bila dibandingkan dengan masyarakat perkotaan. Di kota sebaliknya penduduknya
heterogen, terdiri dari orang-orang dgn macam-macam perilaku, dan juga bahasa,
penduduk di kota lebih heterogen.
Diferensiasi Sosial,
Keadaan heterogen dari penduduk kota berindikasi pentingnya derajat yg tinggi
di dlm diferensiasi Sosial.
Pelapisan Sosial, Kelas sosial di dalam masyarakat sering
nampak dalam bentuk “piramida terbalik” yaitu kelas-kelas yg tinggi berada pada
posisi atas piramida, kelas menengah ada diantara kedua tingkat kelas ekstrem
dari masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar