Sabtu, 15 November 2014

Kehidupan Masyarakat Perkotaan Bandung (Jawa Barat)


Provinsi Jawa Barat adalah provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia. Bandung sebagai ibu kota provinsi, merupakan kota dengan jumlah penduduk terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya.

          Sebagian penduduk Jawa Barat adalah Suku Sunda. Selain itu, ada campuran Sunda dengan Jawa di pantai utara Cirebon serta sebagian kecil pesisir Indramayu. Mata pencaharian penduduk Jawa Barat yang utama adalah bertani. Bertaninya pun bermacam-macam. Ada yang bertani padi, sayur-sayuran, buah-buahan, dan bunga-bungaan. Selain itu, di daerah Jawa Barat juga banyak terdapat perkebunan teh, cengkih, tebu, dan kina.

          Kebudayaan masyarakat Jawa Barat terpengaruh dari 4 sumber, yaitu Hindu/Budha, Islam, Jawa, dan kebudayaan barat. Ini dapat dilihat dari upacara yang disertai membakar kemenyan (pengaruh Hindu), doa-doa menurut agama Islam, pakaian pernikahan tanpa baju dan berbentuk wayang orang (pengaruh Jawa Tengah), dan pemberian kado serta hidangan prasmanan model Belanda.
          Sosial masyarakat di jawa barat. Kumpulan artikel kebudayaan daerah jawa. Kehidupan sosial masyarakat bandung. Pola hidup jawa barat. Rangkuman tentang jawa barat. Kehidupan orang bandung. Kebiasaan orang bandung.
          Kebiasaan daerah jawa barat. Aktivitas penduduk indramayu. Kehidupan sosial budaya masyarakat jawa barat. Aktivitas penduduk di pulau jawa barat bandung. Kebiasaan orang jawa barat. Kehidupan masyarakat kota bandung. Aktivitas penduduk di jawa barat. Kehidupan sosial masyarakat jawa barat. Mata pencaharian provinsi jawa barat. Kehidupan masyarakat jawa. Kebiasaan masyarakat jawa barat.
Kesejahteraan penduduk secara umum dapat dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia yang terdiri dari tiga komponen, yaitu derajat pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Sebagai indikator utama, pada dasarnya IPM adalah berfungsi sebagai indikator impact, yaitu terbentuk karena banyak aspek pembangunan yang dilakukan. Pada tahun 2007 IPM Kota Bandung mencapai 78,09, dibentuk oleh indeks kesehatan sebesar 80,65, indeks pendidikan sebesar 89,60, dan indeks daya beli masyarakat sebesar 64,04. Indeks tertinggi adalah indek pendidikan yang semakin mengukuhkan Kota Bandung sebagai salah satu kota pendidikan di Indonesia.
Tabel 3. Perkembangan IPM dan Komponennya di Kota Bandung Tahun 2004-2007
 
Kecamatan Sukasari tercatat sebagai kecamatan dengan nilai IPM terbaik yakni 81,03. Sebaliknya Kecamatan Kiaracondong memiliki nilai IPM terendah yakni 76,69. Walaupun demikian, berdasarkan kriteria UNDP, tingkat IPM yang mencapai Kecamatan Kiaranconding yang sebesar 76,69, telah mencapai status pembangunan manusia pada tingkat menengah atas. Kondisi ini menunjukkan bahwa secara umum masyarakat Kota Bandung dapat dikatakan sudah cukup baik dalam hal kesehatan, pendidikan dan daya belinya.
Pencapaian Pembangunan Manusia Kecamatan di Kota Bandung
 
Pada tahun 2004 IPM Kota Bandung mencapai 77,17 dan sampai dengan tahun 2007 relatif tumbuh sangat lambat. Mengikuti pola tersebut, dapat diproyeksikan IPM sampai dengan tahun 2013. Struktur IPM Kota Bandung bervariasi menurut aspeknya. Indeks Pendidikan adalah indeks tertinggi, sedangkan Indeks Daya Beli adalah indeks terendah. Berdasarkan data yang ada, Indeks Kesehatan adalah indeks yang diperkirakan dapat mengalami pertumbuhan paling cepat. Bila pada tahun 2007 adalah sekitar 80, maka ada kemunngkinan dapat mengalami peningkatan hingga 91, atau sedikit lebih rendah daripada indeks pendidikan. Indeks pendidikan walaupun mengalami peningkatan, namun peningkatan relatif lambat. Perkembangan yang mengkuatirkan adalah Indeks Daya Beli, yang terdapat kecenderungan mengalami penurunan karena beberapa ancaman, misalnya inflasi, kenaikan harga bahan bakar minyak dan perubahan-perubahan ekonomi makro lain yang menyebabkan penurunan daya beli.
Lebih lanjut, sebaran tingkat kesejahteraan masyarakat Kota Bandung dijabarkan dalam gambar berikut:
Sebaran Kesejahteraan Penduduk Kota Bandung
 
Dari sebaran tersebut dapat terlihat bagaimana, tingkat kesejahteraan wilayah utara dan timur Kota Bandung relatif lebih baik daripada wilayah selatan dan barat. Hal ini menunjukkan masih diperlukan upaya pemerataan pembangunan Kota Bandung khususnya di daerah selatan Kota Bandung yang relatif masih tertinggal dibandingkan wilayah lainnya di Kota Bandung.


 Kehidupan Masyarakat Pedesaan Wonogiri

Dalam sebuah masyarakat pastinya memiliki ciri khas tertentu dalam struktur sosial yang ada di daerah masing-masing, dan disini saya akan membahas daerah saya dari wonogiri. Ciri itu bisa berasal dari norma, lapisan masyarakatnya, kelompok masyarakat dan lembaga sosialnya.

A.    NORMA
          Hubungan antar manusia dalam suatu masyarakat agar terjalin dengan baik, maka diperlukan suatu peraturan tertulis maupun tidak tertulis. Mula-mula aturan itu dibuat hanya terbentuk secara tidak sengaja, namun lama kelamaan aturan itu dibuat secara sadar dan berakar di masyarakat, aturan-aturan itu sering disebut dengan norma sosial. Masyarakat setempat harus menyakini bahwa aturan tersebut dibuat demi kelangsungan hidup masyarakat yang nyaman.
          Di desa Wonogiri aturan-aturan ini dibagi menjadi 3 macam yaitu norma kesopanan, norma agama dan norma hukum.
§  Norma kesopanan
·         Di desa saya masyarakat setempat biasanya menggunakan pakaian dengan sopan, entah itu di rumah sendiri atau keluar rumah. Bila ada seseorang yang menggunakan pakaian yang minim maka akan mendapat sindiran atau kucilan dari orang lain.
·         Tata bicara ditempat saya mayoritas menggunakan bahasa jawa. Anak yang lebih muda bila berbicara dengan orang yang lebih tua berbicara pakai bahasa krama (bahasa jawa yang halus)
§  Norma Hukum
·         Seseorang yang minum-minuman keras dijalan akan mendapat teguran keras oleh warga, bila teguran tersebut tidak dihiraukan maka warga setempat akan melapor kepolisi.
§  Norma Agama
·         Bila ada seseorang dari anggota masyarakat yang melakukan nikah sirih, maka akan menjadi buah bibir masyarakat.
·         Ketika ada pemuda yang memasukan pasangannya ke dalam rumah saat tidak ada orang dirumah maka mayarakat setempat akan melakukan penggerebekan.


B.     LAPISAN MASYARAKAT

Setiap masyarakat senantiasa mempunyai penghargaan tertentu terhadap hal-hal tertentu dalam masyarakat. Penghargaan yang lebih tinggi terhadap hal tertentu, akan menempatkan pada kedudukan yang lebih tinggi dari hal lainnya. Kedudukan itu sering kita sebut dengan lapisan sosial. Masyarakat memandang hal-hal yang dianggap tinggi dimata masyarakat biasanya berupa pendidikan, kekayaan, kekuasaan atau jabatan dan keturunan silsilah keluarga.

Dalam masyarakat wonogiri lapisan masyarakatnya terdiri dari :

1.      Orang yang memiliki kekayaan dan memiliki kekuasaan tinggi
( Kyai, Pejabat, pemilik usaha)
2.      Orang yang berpendidikan tinggi
(Guru, Dosen dan Mahasiswa)
3.      Petani, pedagang, buruh, tukang becak dll.

PERBEDAAN MASYARAKAT PEDESAAN DAN PERKOTAAN 

Lingkungan Umum dan Orientasi Terhadap Alam, Masyarakat perdesaan berhubungan kuat dengan alam, karena lokasi geografisnyadi daerah desa. Penduduk yang tinggal di desa akan banyak ditentukan oleh kepercayaan dan hukum alam. Berbeda dengan penduduk yang tinggal di kota yang kehidupannya “bebas” dari realitas alam.
Pekerjaan atau Mata Pencaharian, Pada umumnya mata pencaharian di dearah perdesaan adalah bertani tapi tak sedikit juga yg bermata pencaharian berdagang, sebab beberapa daerah pertanian tidak lepas dari kegiatan usaha. Ukuran Komunitas, Komunitas perdesaan biasanya lebih kecil dari komunitas perkotaan.
Kepadatan Penduduk, Penduduk desa kepadatannya lbih rendah bila dibandingkan dgn kepadatan penduduk kota,kepadatan penduduk suatu komunitas kenaikannya berhubungan dgn klasifikasi dari kota itu sendiri.
Homogenitas dan Heterogenitas, Homogenitas atau persamaan ciri-ciri sosial dan psikologis, bahasa, kepercayaan, adat-istiadat, dan perilaku nampak pada masyarakat perdesa bila dibandingkan dengan masyarakat perkotaan. Di kota sebaliknya penduduknya heterogen, terdiri dari orang-orang dgn macam-macam perilaku, dan juga bahasa, penduduk di kota lebih heterogen.
Diferensiasi Sosial, Keadaan heterogen dari penduduk kota berindikasi pentingnya derajat yg tinggi di dlm diferensiasi Sosial.
Pelapisan Sosial, Kelas sosial di dalam masyarakat sering nampak dalam bentuk “piramida terbalik” yaitu kelas-kelas yg tinggi berada pada posisi atas piramida, kelas menengah ada diantara kedua tingkat kelas ekstrem dari masyarakat. 




 












 
























Tidak ada komentar:

Posting Komentar